Muslim: Umat Yang Tak Suka Membaca

Moshe Dayan, seorang pemimpin militer dan politisi Israel berkata, “Tiga kelemahan Muslim saat ini: mereka tidak mempelajari sejarah mereka, mereka tidak berencana, dan mereka malas.” Tidak mempelajari sejarah berarti tidak membaca buku. Karena dari mana lagi sumber sejarah kalau bukan dari buku?

Di lain waktu, Moshe Dayan berujar, “Apakah kalian pikir orang Arab akan pernah bisa mengalahkan kalian?” Dia menjawab, “Tidak sampai mereka terlebih dulu belajar bagaimana membuat garis lurus ketika naik bus.” (maksudnya berbaris rapi dan naik bus satu per satu, tidak bergerombolan dan berebutan seperti yang umumnya kita lakukan).

Setelah mengungkap rencana Zionis untuk menduduki Palestina–dipublikasikan pertamakali lima puluh tahun sebelum Pendudukan-mantan Menteri Pertahanan Israel Moshe Dayan ditanya dalam sebuah wawancara: “Apakah Anda tidak takut orang-orang Arab akan membaca rencana Anda dan mempersiapkan diri mereka?” Tanggapannya,”Yakinlah, orang-orang Arab adalah bangsa yang tidak membaca, dan jika mereka membaca mereka tidak mengerti, dan jika mereka memahami mereka tidak bertindak.”

DR Raghib As-Sirjani dalam sebuah buku mengutip kalimat seorang Yahudi, “Kita orang Yahudi tidak takut dengan umat Islam, karena umat Islam adalah umat yang tidak membaca”.

Marah?  Untuk apa? Moshe Dayan tidak salah. MUSLIM MEMANG TERBUKTI TIDAK SUKA MEMBACA!

Bagaimana dengan kita? Ya, sama. Indonesia adalah negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia. Dengan kata lain, sebagian besar Muslim yang tak suka membaca itu ada di sini, di Indonesia. Umat yang tak suka membaca itu mayoritas bermukim di sini, di Indonesia. Mungkin, salah satunya kita.

Dan memang terbukti, masyarakat Indonesia, kalau bisa disebut MUSLIM INDONESIA itu, TIDAK SUKA MEMBACA.

Pertama, Progress of International Reading Literacy Study tahun 2011 menempatkan prestasi membaca anak Indonesia pada peringkat ke-42 dari 45 negara. Dengan kata lain peringkat empat terbelakang.

Kedua, dari BeritaMaluku.com saya mendapat informasi ini:
1. Indeks membaca kita hanya 0,001. Hanya 1 dari seribu penduduk Indonesia yang membaca. Singapura, misalnya, 45 dari 100 warga memiliki minat baca.
2. Waktu membaca per hari di negara seperti Jepang dan AS mencapai 8 jam per hari. Indonesia hanya 2 jam per hari. Bandingkan dengan jumlah jam yang kita gunakan untuk menonton, bergosip, atau main game di depan komputer.
3. Di negara maju, siswa SMA harus khatam membaca sejumlah buku sebelum menyelesaikan sekolahnya. Jerman, Perancis & Belanda 22-32 buku. Jepang 15 buku, Singapura dan Malaysia 6 buku, Thailand 5 buku. Indonesia 0 (NOL) buku.

Lalu dengan kondisi seburuk ini dan indeks kualitas SDM yang berada di posisi 117 dari 175 negara, Indonesia kabarnya akan menjadi kiblat baru muslim dunia??? Shocking! Tidak salahkah berkiblat ke penduduk Muslim yang tidak punya tradisi membaca.

Ya, pantas saja orang Indonesia dan Muslim sedunia banyak menjadi korban permainan dan olok-olok. Gilaaaaa. Mengapa bukan Malaysia, mengapa bukan Iran? Malu ihhh.

JANGAN SALAHKAN YAHUDI
Kita bodoh karena kita tidak suka membaca. Setidaknya itu yang harus kita akui. Tidak ada gunanya kita berapi-api mengatakan “Yahudi itu musuh islam. Mereka jahat. Mereka menghancurkan islam.” Hanya ngomong sih mudah. So, what? Lalu apa upaya kita supaya tidak mudah dibodohi dan dizalimi?

Syekh Umar Tilmisani berkata, “Jangan sampai kalian hanya bisa melaknat orang orang zalim, tapi pikirkanlah bagaimana kalian bisa menghentikan kezalimannya itu.”

“tidak salah” kalau mereka bisa menghancurkan kita. Karena mereka suka membaca, melahap buku. Mereka tahu ini itu. Mereka membaca sejarah jadi mudah memperdaya kita yang tak membaca sejarah. Kita hanya jadi umat yang terlalu banyak bicara. Sudah bodoh, banyak omong pula. Yang bisa kita lakukan hanya menyalahkan umat lain. Kita lupa koreksi diri.

REAKSINYA HANYA BUNUH DAN BAKAR
Ketika kita banyak membaca, kita akan bisa menulis dengan baik (syarat pertama bisa menulis adalah bisa membaca. makin banyak membaca, main baiklah tulisan kita). Dengan menulislah kita bisa melawan segala fitnah dan pembodohan dari umat lain. Melawan dengan cara yang ilmiah, bukan reaktif dan dengan aksi kekerasan atau ancaman.

Ketika saya melakukan penelitian untuk tesis tentang penerbitan buku Da Vinci Code di Indonesia, yang awalnya dikhawatirkan akan menyinggung rasa keberagamaan umat Katholik, saya mendapat jawaban yang membuat saya merasa malu dan sakit hati. Tapi, saya tidak bisa berkomentar lain selain mengiyakan.

Ternyata, meski sempat khawatir akan mendapat teguran dari kalangan Kristen/Katolik, penerbit memandang umat ini jauh lebih demokratis, terbuka, dan tak bertindak kekerasan dibanding kalangan Islam. Biasanya, bila ada kritik, mereka menanggapinya secara kritis pula. Ini terbukti dengan terbitnya banyak buku dan digelarnya forum-forum diskusi untuk mengkritisi atau mengiringi karya Dan Brown tersebut. Demikian hasil diskusi informal penerbit tersebut dengan anggota Indonesian Conference, Religion, and Peace (ICRP) dari kalangan Kristen/Katolik.

“Menurut mereka, umat Kristen itu tidak seperti Islam. Mereka tidak frontal. Biasanya mereka akan menjawab (buku) dengan buku.”

Oh, Tuhan. Betapa sudah tak anggun umat ini di mata umat lain. Beringasan, tidak punya tradisi menulis dan membaca. Saya iri dengan umat yang membalas buku dengan buku, bukan dengan ancaman dan pembakaran. Mereka dengan tenang menanggapi semua itu dan mereka tahu tulisan akan lebih abadi dan akan membuka pemahaman dibanding sikap beringasan yang kampungan 😦

HIJRAH DENGAN MEMBACA
Di bulan Muharam ini, sudah seharusnya kita buat resolusi baru untuk hijrah bersama menjadi umat yang lebih berpengetahuan dan berperadaban dalam sikap dan pemikiran: HIJRAH DENGAN MEMBACA. Setidaknya itu yang bisa kita lakukan dari sekarang, hal kecil yang ternyata sangat diagungkan oleh bangsa lain: MEMBACA. Memangnya apalagi selain itu: IKUT JIHAD KE PALESTINA? Takut. MENYUMBANG UANG? Miskin.

Bukankah perintah pertama yang turun kepada kita adalah IQRA! Baca. Bukan BUNUH! BAKAR! HANCURKAN! BICARA! JIHAD! Membaca adalah bukti cinta kita kepada Allah dan Rasul-Nya. Karena itulah perintah pertama,  jalan menuju umat berperadaban. Jadi aneh sekali, kita–MUSLIM–yang mendapat perintah IQRA!, tapi umat lain yang melaksanakan. Dan hasilnya MENGAGUMKAN! Kita yang tak suka membaca terpuruk diinjak-injak oleh umat yang suka membaca.

Mari bernostalgia ke masa lalu. Kejayaan umat Islam saat itu selalu dikaitkan dengan kota-kota yang menjadi pusat ilmu pengetahuan, pusat bacaan, pusat para intelek. Itu berarti kejayaan MUSLIM lebih dikarenakan mereka memiliki tradisi membaca, karena mereka menjalankan perintah Allah: IQRA!. Tradisi membaca adalah indikasi kemajuan umat, indikasi masyarakat berperadaban. Bukankah perpindahan zaman PRASEJARAH ke SEJARAH ditandai dengan kemampuan menulis dan membaca? Jadi, kalau tidak suka membaca lebih baik kita pindah ke masyarakat prasejarah. (Mohon jangan tersinggung. Tapi, itulah adanya 🙂 )

Saya pernah membaca tentang sebuah kota kuno Islam di Mali, Afrika. Kota bernama Timbuktu ini adalah kota buku. Sebuah kota yang sangat maju pada zamannya. Penduduk kota ini rata-rata memiliki perpustakaan di rumah mereka. Salah seorang di antaranya memiliki koleksi 1.500 buku. Ia berkata bahwa jumlah ini tergolong kecil di kotanya. Wow!

Lagipula, membaca adalah salah satu bukti syukur kita atas nikmat mata, nikmat terang. Menggunakan mata untuk hal-hal positif itu wujud terima kasih kita kepada Sang Pencipta.

Mereka yang tuna netra harus berjuang mati-matian agar bisa membaca dengan mudah. Kita yang tak bermasalah dengan mata seharusnya bisa menghargai perjuangan mereka dengan banyak membaca. Tidak membaca, padahal kita punya banyak kesempatan dan tak punya halangan untuk melakukannya, sama saja dengan meremehkan upaya mereka.

BERAWAL DARI ORANGTUA YANG TAK SUKA MEMBACA
Kalaupun kita suka membaca, yang kita baca itu gosip artis, sepakbola, website XFactor, dan sejenisnya. Bukan tentang bencana kemanusiaan di Suriah, penderitaan rakyat Papua, asal muasal hadis A, B, C, dan sebagainya. Waktu kita habis dengan bergunjing dan bergosip, menonton gosip, pertunjukan dangdut, bukan membaca. Berapa buku yang kita baca dalam satu bulan? Kurang dari satu.

Kegemaran membaca bukan hal yang bersifat genetis atau bakat lahir. Stop keeping the unreasonable reason. Itu adalah bentukan keluarga dan lingkungan. Anak yang suka membaca lebih banyak dibentuk oleh keluarga dan orang-orang di sekitarnya. Kegemaran membaca berawal dari pola dan tradisi yang dibentuk dan dicontohkan orangtua.

Sama dengan pola makan. Jika orangtua gemar makan sayur, mencontohkan konsumsi makanan sehat, anak juga terbawa. Jika orangtua banyak minum air putih, jarang mengonsumi minuman bergula, maka yang tersaji di meja makan pun air putih. Yang banyak diberikan kepada anak pun air putih (selain susu).  Setidaknya kita berhenti berkata atau beralasan, “Anaknya ga mau.” Ya, lihatlah dulu pola dan kebiasaan orangtua. Mari koreksi diri, dong. Semuanya dimulai dari keluarga, bukan dari sekolah. Lah wong lahirnya dari rumah, bukan di sekolah. *kidding*

Jadi, kalau orangtua ingin anaknya suka membaca, orangtua harus mengubah diri menjadi pribadi yang suka membaca. Tidak suka membaca, ya paksa diri untuk membaca dan menjadwalkan waktu untuk membaca. Ingat, anak itu peniru ulung. Mereka melihat orangtua. Apa yang orangtua perbuat, itu yang mereka ikuti.

Wahai orangtua, paman, bibi, kakek, nenek…
Daripada kita membeli gadget jutaan rupiah sementara gadget lama masih bisa digunakan dan masih bisa mengakomodasi kebutuhan kita, lebih baik beli buku untuk anak-anak kita. Penuhi hari mereka dengan membaca, kamar mereka dengan buku, rekreasi mereka dengan buku.

Hadiahi mereka buku, bukan motor, apalagi belum 17 tahun dan tak punya SIM. Kalau anak kita pintar, jangankan motor, rumah pun nanti mereka bisa beli tanpa sepeser pun meminta kepada orangtua. Motor, gadget, dan pakaian mewah bisa hancur dan jadi tak berguna, tapi ilmu yang mereka dapat dari buku akan berguna seumur hidup mereka, bahkan untuk menghadapi kehidupan di akhirat.

Iqra!

Referensi

http://www.islam-usa.com/index.php?option=com_content&view=article&id=310&Itemid=264

http://www.suhaibwebb.com/personaldvlpt/digg-the-intellectual-revolution/

http://alif.cz/iqra-shift-your-paradigm/

http://duniaperpustakaan.com/blog/2013/09/07/kemunduran-umat-islam-karena-umatnya-malas-membaca/

http://czain.blogspot.com/2013/07/tiga-rahsia-besar-yang-patut-diketahui.html

http://www.beritamaluku.com/2013/09/budaya-baca-dan-indeks-sdm-orang.html

Indonesia “Kiblat” Baru Muslim Dunia

Click to access P11_IR_FullBook.pdf

25 thoughts on “Muslim: Umat Yang Tak Suka Membaca

  1. Assalamu’alaikum wr.wb.

    Ini tulisan sederhana namun menohok. Ah betul, baca membaca terasa kian jauh saat ini. Apalagi bila dukaitkan dg kemusliman. Padalah surat pertama dalam yg diturunkan adalah Iqra. Menunjukka bahwa membaca itu hal yang teramat penting dlm kehidupan ini.

    Saya pribadi berusaha menghidupkan tradisi membaca dalam keluarga saya. Sekumpulan buku terkumpul sudah, yg saya anggap sbg perpustakaan rumah. Alhamdulillah anak-anak saya suka membaca. Terus terang saya pribadi tidak pernah memaksa mereka untuk membaca. Yang saya lakukan hanyalah saya yang sering membaca kalo sedang dirumah. Kesimpulan sederhana saya, berilah contoh dan jangan perintah. Rasanya itu juga pas untuk menumbuh-kembangkan budaya membaca dalam keluarga.

    Selamat untuk blog dg tulisan-tulisan yang mencerahkan ini.

    Salam,

    • amin. terima kasih, mbak. masalah contoh orangtua itu memang yang saya rasakan dari ayah saya. juga apa yang kakak perempuan saya dan suaminya lakukan kepada anak-anak mereka. jika orangtua mencontohkan, tanpa diperintah anak-anak akan meneladani:)

      • Orang yang pertama komentar seorang mas-mas, bukan mbak. Namanya Titik Asa = Berhenti Berharap ( 😀 heheee….gak sopan betul, maaf ya mas), Titik Asa dan bukan titik seperti “Titik Sandora” atau “Titiek Puspa”. Cek dulu dong profil di blognya, yunda ini gimana sih :/ ….heheheeee, mas sory ya berapi-api

  2. senang baca tulisanmu de’…ringan dan gampang untuk dipahami….teruslah menginspirasi orang ,semoga menjadi amal baik disisi Allah..amiin

    • sama, mbak. terasa sekali manfaatnya dibesarkan dalam lingkungan yang cinta buku dan membaca. mudah-mudahan mbak sukses menciptakan anak-anak yang cinta membaca. amin 🙂

  3. makjleb baca tulisannya, Mbak.

    Minat membaca saya memang berkurang, malahan beberapa buku yg saya beli masih rapih nangkring diatas meja.

    hayoo hijrah dengan membaca.

    Makasih sharingnya, Mak ^^

  4. Inspiratif sekali, semoga minat baca masyarakat Indonesia semakin membaik yah Mbak. memang harus dimulai dari rumah, orang tua yang gemar membaca bisa memotivasi anak-anaknya untuk ikut cinta membaca 🙂

    • Promosi nih yeeee? Sekalian dapet backlink. Mau dong hadiahnya…kalo nulisnya gak usah, duitnya aja. Eh, ini hari sabtu ya? Obat (ide) saya lagi habis. Harap maklum jadi sedikit error. 😛

  5. Saya gemar membaca memang berdasar dari lubuk hati,Tanpa contoh orang tua maupun lingkungan sekitar.Bahkan mereka yang ada disekitar…mulai dari keluarga,kerabat,teman2 sebaya,dan sekarang…suami saya,mencibir hobi membaca ini,
    Di bilang saya ini sok penting….
    Buang-buang waktu…..
    dan Manusia cupu…..

    Hati saya miris sekali,bukannya disemangati malah di cibir dan dianggap manusia aneh.Saya berusaha maklum….jika begini lah kenyataannya…mental orang Indonesia kebanyakan.

  6. mantap, tulisannya sangat kena banget di hati saya…jujur saya ini jarang membaca…dan saya sadar saya jarang bahkan hampir tidak pernah membaca dan saya juga tau akibatnya..yaitu menjadi umat yang ortodok…buka buku aja males….ibaratnya di eropa udah menghapal 10 buku, lah kita di indonesia baru buka buku 5 halaman dari 200 halaman…saya jadi termotivasi untuk membaca buku dengan giat..

  7. Berapi-api hehehe….
    Tapi yang dimaksud umat Islam di negara-negara tertentu saja mungkin, ya. Karena beda-beda perilakunya. Sebagai contoh umat Islam terpelajar di Inggris dan di negara Barat justru orang2 yang rajin membaca serta mementingkan dialog. Jadi lebih kepada kondisi negaranya juga, kita sebagai umat Islam dari negeri ketiga…

Leave a comment